Cari Blog Ini

Kamis, 29 April 2010

Marah Secara Appreciative Inquiry

Appreciative Inquiry adalah sebuah pembelajaran dan eksplorasi atas apa yang memberikan kehidupan kepada system kemanusiaan pada saat terbaik mereka. Ini adalah sebuah metodologi pengembangan organisasi berdasarkan asumsi bahwa pernyataan dan dialog tentang kekuatan, sukses, harapan dan cita-cita adalah sebuah transformasi atas pernyataan itu sendiri. Ini adalah paparan para pakar AI (Appreciative Inquiry) yang tertera dalam blog mereka. Sama halnya dengan para ahli AI yang lain, yang saya sangat senang membacanya yaitu dalam blog-nya Mas Bukik http://bukik.org/change/appreciative-inquiry/ yang secara detail membahas tentang AI.

Ternyata dengan semangat AI tersebut, saya bisa terapkan dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Berikut pengalaman yang saya dapatkan :

Suatu ketika aku ditugaskan di daerah baru di Riau. Untuk sebuah proyek baru bagi Perusahaan. Sama halnya dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Tiada yang aneh.
Dalam suasana baru tersebut, aku disediakan tempat tinggal di sebuah Mess. Kelihatannya mess tersebut selama ini jarang berpenghuni. Sehingga perlu pembenahan dan penataan. Perabot-perabot disiapkan sampai dengan pemenuhan AC plus genset untuk emergency apabila listrik PLN padam. Sehingga selesailah dan siap dihuni.

Bagiku tidak ada masalah, karena aku sudah biasa dengan suasana baru tersebut, sama halnya pada penugasan-penugasan jab baru yang lain. Hanya ada suatu pengalaman yang menarik bagiku untuk diceritakan.

Disana terdapat seekor anjing, yang biasa menemani penjaga mes. Seekor anjing yang energik, yang selalu menggonggong apabila ada orang asing ataupun ada sesuatu yang aneh di sekitar mess. Tetapi ada kebiasaan-kebiasaan anjing tersebut yang sangat tidak aku suka. Yaitu begitu saja nyelonong masuk ke kamar-kamar tidur. Yak itu karena sudah menjadi kebiasaan baginya sewaktu mess tersebut masih jarang penghuni, anjing itu terbiasa tidur di kamar-kamar mess tersebut.
Tetapi saat ini mess sudah berpenghuni, tentu agak risih kalau anjing itu ikut-ikut tidur di dalam kamar, meskipun itu dibawah kolong tempat tidur. Apalagi untuk saya yang muslim.

Maka dari itu setiap kali aku dapati masuk kamar ku maka aku selalu menghalaunya, karena aku benci kepadanya. Kebencian itu selalu bertambah karena anjing itu masih saja melakukan suka masuk kamar. Sehingga tidak jarang aku lembar pakai batu kalau aku berpapasan dengah dia.

Kebencian ini dapat dilihat oleh penjaga mess. “Bapak kelihatannya sangat benci sekali dengan anjing, ya”

“Ya karena dia suka sekali masuk-masuk kamar”.

“Bapak tidak perlu benci kepadanya, tetapi ajarkan dia untuk tidak boleh masuk kamar. Jangan dibenci dia dan jangan selalu dilempari batu. Sayangi dia, tentu dia akan sayang juga ke Bapak”.

Ihhh. Ini penjaga kok begitu bicaranya.

Aku coba merenungi kata-katanya. Akhirnya aku bisa menangkap arti pembicaraannya tersebut. Maka setiap kali dia mau masuk kamar maka aku halau dia. Terkadang aku coba pakai bentakan-bentakan. Tetapi kalau ada sisa-sisa makanan, terutama tulang-tulang ayam goring, maka aku berusaha kumpulkan dan aku berikan ke dia.

Kejadian itu berlaku beberapa minggu. Setiap kali dia mau masuk kamar, aku selalu bentak dan juga aku coba “pura-pura” memukul. Dan aku tunjukkan aku benar-benar marah. Tetapi kalau sewaktu senggang aku sempatkan berikan sisa-sisa tulang ayam goreng kepadanya. Juga aku sempatkan untuk memberikan makan kepadanya. Dan ternyata dia suka sekali kalau diajak bercanda, yaitu meng-kili-kili disela-sela pangkal kakinya, atau melempar batang kayu lalu dia akan cepat-cepat mengambilnya.

Akhirnya terjadi perubahan padanya yaitu dia tidak lagi berani masuk kamarku atau kamar yang lain. Kalaupun dia mencoba memanggil tetap saja berada diluar teras sambil terus mengguguk. Dan dia jadi akrab dengan pengguni mess.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar