Cari Blog Ini

Kamis, 15 April 2010

Manusia Wajib vs Talent Management

Suatu ketika saya menerima ucapan selamat tinggal dari salah seorang staff yang sudah habis masa kerjanya. Karena memang kontrak kerjanya tidak diperpanjang lagi. Sehingga dengan terpaksa harus meninggalkan pekerjaanya. Sebenarnya dilihat dari jadwal rencana pekerjaan bahwa untuk posisi yang didudukinya pada saat ini seharusnya tidak boleh kosong. Tetapi karena terbentur kontrak kerjanya habis dan perusahaan tidak berkenan memperpanjang, terpaksa staff tersebut harus mengakhiri kerjanya. Bisa diibaratkan meninggalkan medan perang sementara perang belum usai.

Bagi saya sendiri, perihal pamitan staff yang sudah selesai jobnya adalah suatu kewajaran. Karena memang mungkin jobnya sudah selesai atau memang masa tugasnya sudah selesai atau karena yang bersangkutan sudah tidak betah lagi dan atau-atau yang lain.

Tetapi saya mencoba untuk menggali rasa tentang suasana apabila orang tersebut telah meninggalkan habitatnya. Adakah yang merasa kehilangan, adakah yang merasa senang karena ditinggalkannya, adakah perubahan setelah ditinggalkannya, bagaimanakah perubahan setelah ditinggalkannya, apakah bertambah baik atau ada yang kurang. Dan saya coba untuk bisa merasakan suasana baru tersebut. Hal ini akan bisa dijawab sesuai dengan keberadaan staff tersebut selama masih aktif menjalankan pekerjaanya.

Saya jadi teringat omelan si-mbah sewaktu saya masih muda. Karena saya masih bandel, malas dan sering bolos sekolah. Si-mbah selalu bilang “Kowe kudu dadi wong sing wajib ono, wong wajib ono kuwi wong kang iso nyampurnakno kahanan.” Maksud dari wejangan si-mbah tersebut adalah : Jadilah manusia wajib, maksudnya adalah menjadi manusia yang dibutuhkan dalam kehidupan. Peran manusia wajib akan memberikan warna dan semangat dalam kehidupan. Manusia wajib harus mengerti dan memaknai kewajiban keberadaannya, makanya harus dipersiapkan kemampuan diri sehingga bisa memenuhi peran dan tugasnya dalam kehidupannya tersebut.

Pada waktu itu saya tidak begitu percaya dengan wejangan si-mbah tersebut, karena saya anggap sebagai orang kuno, maka omongannya pun bagi saya tidak nyambung. Sehingga saya menyeletuk “Kalau ada manusia wajib maka tentu ada manusia haram”. Ternyata si-mbah juga mengiyakan. Memang jangan sampai menjadi manusia haram, artinya haram untuk ada karena akan mengganggu kehidupan. Karena manusia haram akan menjadi rintangan kehidupan untuk menuju kemajuan.

Barulah sekarang saya menyadari benar tentang makna wejangan si-mbah tersebut. Setelah saya kaitkan dengan teori ilmu management, yaitu talent management. Talent management merupakan sebuah proses untuk mengidentifikasi para karyawan perusahaan yang memiliki kapabilitas untuk menjadi future leaders/senior managers maupun termasuk pribadi-pribadi ungul. Proses identifikasi ini didasarkan pada dua elemen kunci, yakni aspek kompetensi dan aspek kinerja (performance).

Baru sekarang lebih jelas lagi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang peristiwa seseorang yang meninggalkan tugas pekerjaan. Kalau memang dia termasuk manusia wajib atau termasuk dalam talent management maka staff tersebut tentu akan lebih dipertahankan oleh perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar