Cari Blog Ini

Rabu, 05 Mei 2010

Makna Kesuksesan

Seringkali kita mendengar kata-kata sukses yang diucapkan seseorang, dan memang mudah untuk mengatakannya. Demikian juga seseorang akan mudah mengungkapkan kata sukses untuk seseorang, karena menurut dia sudah tepat untuk menyebut suatu kesuksesan. Padahal dia belum tahu memang itu suatu kesuksesan atau bukan.

Banyak macam orang memaknai suatu kesuksesan. Menurut Bob Sadino : “Kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan ternyata besoknya saya bisa makan, maka saya sudah sukses”. Begitu sederhana, karena baginya untuk bisa makan tidak semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah. Karena bagi orang yang lapar, sepiring nasi mempunyai nilai yang sangat besar dan mendalam.
"Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa begini hari ini," tutur Bob, yang pernah jadi sopir taksi dan nguli di Jakarta. Dari keinginan selanjutnya mengalami proses sampai mencapai kesuksesan yang diinginkannya, dan hal ini selalu dilakukan rutin terus menerus. Ini adalah kesuksesan individu.

Bagaimana tentang kesuksesan suatu organisasi ? Disana terdapat beberapa individu, ada perusahaan, ada stakeholder, ada karyawan, ada shareholder sampai dengan lingkungan. Apakah perusahaan dikatakan sukses apabila bisa mencapai keuntungan, tetapi ternyata karyawan selalu mengeluh karena kesejahteraan yang diberikan masih kurang layak. Apakah bisa dikatakan sukses apabila perusahaan bisa mencapai profit yang diharapkan tetapi ternyata dalam proses kerja perusahaan selalu ribut. Apakah bisa dikatakan sukses apabila lingkungan mendapat makmur karena adanya usaha perusahaan ditempatnya tetapi ternyata perusahaan itu sendiri mengalami diskualifikasi karena hasil kerjanya jelak.

Jadi kesuksesan untuk suatu organisasi seharusnya dilihat dari keinginan organisasi tersebut yang terdiri dari individu-individu atau elemen-elemen di dalamnya. Tetapi akan timbul suatu pertanyaan, apakah mungkin setiap individu yang terdapat dalam organisasi bisa mengalami sukses bersama-sama dalam kegiatan organisasi ?

Dalam konsep Balance Scorecard yang ditampilkan dalam 5 perspektif mungkin bisa dijadikan acuan untuk memaknai kesuksesan organisasi.
  1. Perspektif Financial, yaitu bagaimana organisasi tersebut bisa mencapai keuntungan dan memberikan nilai kepada shareholder.
  2. Perspektif Customer, yaitu bagaimana organisasi bisa memberikan nilai kepada user ataupun stakeholder.
  3. Perspektif Internal Proses yaitu bagaimana organisasi bisa memberikan kelancaran proses di internal organisasi.
  4. Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan yaitu bagaimana organisasi bisa memberikan nilai kepada karyawan dan management organisasi.
  5. Perspektif Community Partnership yaitu bagaimana organisasi bisa memberikan nilai kepada lingkungannya.
Dari gambaran diatas, kesuksesan sebuah organisasi haruslah dicapai secara utuh. Suatu perusahaan apabila hanya bisa mencapai kesuksesan financial (keuntungan) saja dan tanpa dibarengi dengan kesuksesan customer, maka untuk periode berikutnya tentu akan memerlukan energi yang lebih besar untuk mendapatkan kepercayaan client (customer). Suatu perusahaan yang hanya sukes di aspek financial tetapi karyawan tidak mendapatkan kesejahteraan yang memadai, maka di periode selanjutnya perusahaan tersebut tentu akan kesulitan mendapatkan karyawan yang memadai atau yang bisa mendukung operasional perusahaan. Suatu perusahaan apabila hanya mendapatkan financial tetapi kurang sukses dalam aspek pembelajaran dan pertumbuhan organisasi, maka untuk periode selanjutnya perusahaan tesebut tidak akan mendapat peningkatan organisasinya.

Jadi sebuah kesuksesan haruslah dicapai secara utuh sesuai dengan keinginan yang utuh, yaitu yang bisa memenuhi elemen-elemen didalamnya. Dan kesuksesan itu harus dipelihara dengan kegiatan rutin terus menerus supaya kesuksesan bisa tercapai secara berkesinambungan.

Selasa, 04 Mei 2010

CRP = Mengurangi Pemborosan

Berulang kali terdengar gembar-gembor dalam meeting maupun stand down meeting dari para leader project untuk memberikan semangat kepada para superior di area proyek yaitu para eksekutor project, “Kita harus menggalakkan Cost Reduction Program, agar target proyek kita bisa terselamatkan. Mengingat budget sudah menipis, sementara sisa-sisa pekerjaan masih banyak yang belum tuntas. Juga beban resource (manpower dan material) yang masih cukup banyak menyedot cost kita. Bla bla bla …”. 
Adalah hal wajar dan memang sambutan-sambutan seperti itu mesti dilontarkan agar para leader merasa tergugah, teringatkan kembali kepada misi utama management adalah provit. Karena para eksekutor tersebut terkadang terlena karena rutinitas pekerjaan, ataupun untuk menambah selingan dan variasi dalam kehidupan kerja.

Tetapi kebanyakan dari mereka tentunya hanya ingat slogannya saja. Yang melekat di kepalanya hanyalah kata-kata indahnya saja. Tetapi sedikit sekali yang bisa memaknai penjabaran implementasinya. Esensi dan ekspektasi maupun aktualisasinya itu bagaimana ? Ya karena mungkin mereka sudah lupa detail-detailnya karena sehari-hari hanyalah pekerjaan lapangan saja yang ditangani.

Secara umum, berbicara mengenai aktivitas kerja atau proses kerja digolongkan menjadi 2 hal yaitu :

1. Value added activity
2. Non value added activity

Mengenai Value added adalah sudah jelas karena langsung berhubungan dengan riil produktifitas. Sedangkan Non value added digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Non value added yang tidak bisa dihilangkan atau biasa juga disebut type one waste
2. Non value added yang bisa dihilangkan atau juga dikenal dengan type two waste

Type one waste adalah aktifitas yang tidak menciptakan nilai tambah namun aktifitas tersebut masih diperlukan karena berbagai alasan. Misalnya aktifitas inspeksi alat, pengawasan terhadap orang karena orang tersebut baru direkrut dan belum berpengalaman. Aktifitas ini memang masih diperlukan tetapi sebenarnya tidak menghasilkan value added. Untuk itu dalam jangka panjang aktifitas ini seharusnya bisa dikurangi atau dihilangkan.

Type two waste adalah aktifitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan outputnya juga menghasilkan kerugian. Misalnya menghasilkan product yang rejected atau melakukan kesalahan-kesalahan. Untuk jenis pemborosan ini seharusnya dihilangkan segera.

Dan dalam perkembangan ilmu management, banyak ide-ide atau design baru tentang analisa pemborosan yang tujuannya adalan mengurangi pemborosan dan mengurangi biaya terus menerus. Seperti ; Seven plus one type of Waste, Continuous Cost Reduction Through Lean Six Sigma Approach (Vincent Gasperz), Lean Manufacturing’s 10 Areas of Waste (Kaufman Consulting Group), dan lain-lain.