Cari Blog Ini

Senin, 06 Februari 2012

Petruk Jadi Raja


Raja Petruk adalah seorang raja yang berasal dari punokawan atau abdi dalem.  Karena suatu keberuntungan dia bisa jadi seorang Raja. Maka pada era tersebut menjadi suatu catatan sejarah, bahwa seorang manusia biasa, yang skill-nya hanya abdi dalem, tentu pemikirannya tidak jauh dari seorang pelayan, ternyata dia bias menjadi seorang raja. Maka Raja Petruk menjadi yang sangat terkenal seantero dunia.
Begitu terkenalnya sehingga dalam pemerintahannya, setiap organ-organ pemerintahannya juga menyandang istilah petruk. Ada Senopati Petruk, ada Dharmayaksa Petruk, Kuwu Petruk, ada camat petruk, bupati petruk, dll.
Kuwu adalah wakil rakyat semacam DPR, Mantri adalah pelaksana pemerintahan yang membuat usulan keputusan Negara dan Dharmayaksa adalah hakim.

Pada suatu saat Raja Petruk merasa perlu untuk membuat undang-undang tentang lumbung padi yaitu tata cara penyimpanan padi rakyat dan bagaimana penggunaannya secara adil. Biar rakyatnya menganggap Raja Petruk memang raja yang adil dan bijaksana.
Karena dasarnya Raja Petruk tidak punya ilmu pengelolaan padi, maka dia meminta kepada Mantri Petruk untuk membuat konsepnya. Sampai akhirnya jadilah undang2  Lumbung Padi. Yaitu semua hasil panen padi harus dikumpulkan di Lumbung Padi, dan semua rakyat yang butuh padi bias mengambil di Lumbung Padi tersebut. Inilah azas sama rata dan sama rasa. Gagasan dari Mantri Petruk. Raja Petruk menyetujui saja.

Pada saat Raja Petruk hendak mengumumkan Undang2 tersebut, dikumpulkanlah perangkat pemerintahannya yaitu Mantri Petruk, Kuwu Petruk dan Dharmayaksa Petruk yaitu untuk mengumumkan Undang-undang Lumbung Padi. Kuwu Petruk terkejut merasa dilangkahi, mengapa membuat undang-undang untuk rakyat, kok Kuwu tidak dimintai pendapat. Padalah  Kuwu adalah wakil Rakyat. Maka Kuwu Petruk mengajukan protes kepada Dharmayaksa, meminta supaya Undang-undang tersebut digagalkan, dengan dalih bahwa Kuwu adalah wakil rakyat. Dharmayaksa menyetujui maka segera membuat usulah kepada Raja Petruk agar Undang-undang tersebut dicekal dulu. Karena yang mengajukan usul adalah Dharmayaksa, maka Raja Petruk menyetujui dan Undang-undang Lumbung Padi tidak jadi diterapkan.

Melihat kejadian ini, Mantri Petruk menjadi sewot, maka dia melababrak Raja Petruk, mengapa dengan mudahnya menggagalkan Undang-undang yang sudah dibuatnya dengan susah payah, dan sebelumnya Raja Petruk juga menyetujuinya. Raja Petruk dianggap plin-plan.

Melihat Raja Petruk dilabrak Mantri Petruk maka Kuwu Petruk ikut sewot juga. Raja Petruk jadi bingung menghadapi hal ini, sehingga menjadi marah. Masa sebagai seorang raja kok tidak dihargai. Maka suasana jadi semrawut. Entah perang segitiga, atau perang segi empat, yang jelas semua Petruk terlibat pertengkaran sengit.

Melihat ini rakyat jadi bingung dan bertanya-tanya Sebenarnya Para Petruk itu berkelahi untuk memperjuangkan nasib rakyat atau apakah ?

Alasan beribadah

Manusia melakukan ibadah dibedakan dalam 4 macam alasan :
1. Beribadah sebagai kewajiban, dalam tingkat ini manusia merasa keharusan untuk sholat. Kalau tidak sholat menjadi takut.
2. Beribadah sebagai suatu kebutuhan, manusia melakukan sholat karena kebutuhan. Kalau tidak sholat akan merasa ada yang kurang.
3. Beribadah sebagai suatu kehormatan. Yaitu manusia melakukan sholat karena dorongan rasa cinta kepada sang khaliq.
4. Beribadah sebagai suatu anugrah. Manusia merasa terpilih sebagai khalifah didunia hanyalah untuk menegakkan keagungan sang khaliq. Maka kalau tidak melakukan sholat hidupnya terasa tidak berarti.

Senin, 21 November 2011

Kursi Jabatan

Saya teringat wejangan Mbah : warongko manjing ing jurigo. Itulah sanepan untuk keris yg memancarkan pamor. 
Kiasan itu diajarkan kepada saya tentang maknanya menduduki jabatan. Perlunya sebuah kepemimpinan. 
Bagaimana peran seseorang dalam menduduki kursi jabatan yang bisa membuat orang merasa segan, takut melanggar dan tunduk juga merasakan terlindungi oleh kewibawaannya. 
Walapun orang itu tidak sedang berada di kursi jabatannya. Tetapi bawahan masih merasakan kewibawaannya itu. 
Ternyata kepemimpinan itu tetap absolut. Bukan absolut di gaya memimpinnya tetapi absolut di sistemnya.
Gaya memimpin melekat pada diri seseorang, tetapi sistem adalah norma, kaidah ataupun aturan yg dilambangkan dengan kursi. Kursi itu akan tampak berwibawa kalau yang mendudukinya mengerti makna peran dan fungsi kursi tersebut.

Kamis, 14 Oktober 2010

Cerita Telor dan Ayam


Konon diceritakan tentang “pasowanan  Empu Supo dengan Sunan Kalijaga sewaktu menghadap Raja Demak. Waktu itu Empu Supo masih kecil dan dikenal sebagai orang sakti sejak lahir. Sewaktu sowan dikerajaan Demak, Raja Demak ingin menguji “pangerten” Empu Supo tersebut dengan pertanyaan : “Lebih dulu mana yang ada antara telor dan ayam” . Karena memang sang empu mempunyai kelebihan dari lahir, maka Empu Supo menjelaskan dengan tertil.
Antara telor dan ayam, yang lebih dulu ada adalah “sing urip kang ngauripi”. Yaitu yang pertama bisa memberikan hidup. Telor yang ada sekarang, tentu dihasilkan dari ayam, dan ayam tersebut ditetaskan oleh telor sebelumnya dan begitu seterusnya sampai pada pangkalnya. Sang Empu balik bertanya kepada Raja, yang ditanya Raja itu telur / ayam yang mana; yang sekarang, yang lampau atau yang akan datang ? Sebelum Raja menjawab, sang Empu melanjutkann bicaranya, sebenarnya yang perlu diperhatikan adalah kalaulah kita ingin mendapat telor yang baik, maka kita perlu mencari bibit-bibit ayam yang baik, perlu babon yang baik dan perlu pejantan yang baik sampai dengan cara mengawinkannya juga yang baik. Maka tentu ayam tersebut akan menghasilkan telor-telor yang baik. Dan kalau kita mau mendapatkan anak ayam yang lebih baik lagi, maka kita bisa pilih dari telor-telor yang baik tadi dan perlu dirawat yang baik sampai dengan suhu telornya sehingga waktu menetas akan mendapatkan anak ayam yang terbaik.  Begitu seterusnya.

Dari wejangan tersebut, kalau dimaknakan dalam hubungan antara perusahaan dan karyawan, pernah kita jumpai bahwa perusahaan menuntut bahwa karyawan harus menunjukkan loyalitasnya kepada perusahaan, karena perusahaan juga sudah memberikan gaji. Dilain pihak ada juga karyawan yang suka menuntut bahwa perusahaan harus memberikan loyal kepada karyawan, dengan memberikan tambahan benefit, barulah karyawan tersebut akan menunjukkan loyalitasnya.
Kalau kita terjebak dalam mempermasalahkan untuk menuntut suatu loyalitas dari pihak lain baru selanjutnya kita baru menunjukkan loyalitas, tentunya di pihak lain tersebut juga akan menuntut hal yang sama. Yaitu pihak lain tersebut tentu akan menuntut loyalitas kita lebih dulu.

Filosofi “urip kang ngauripi” adalah mengajak manusia yang berakal dan berhati nurani untuk berpikir jauh kedepan, untuk masa yang akan datang. Kalaulah saat sekarang menjadi karyawan atau menjadi telor tentu itu adalah sudah sesuai kodratNya. Saat ini menjadi karyawan, memang sudah masanya untuk dijalani. Yang perlu dicari maknanya adalah bagaimana saat ini menjadi telor tetapi yang bisa menetaskan ayam yang unggul yang nantinya dapat membuat telor-telor unggul. Saat ini menjadi karyawan tetapi suatu karyawan yang benar-benar bisa membuat perusahaan yang sukses sehingga nantinya perusahaan tersebut bisa membuat sejahtera karyawannya.

Jumat, 04 Juni 2010

Memaknai Manusia Unggul

Dalam perkembangan ilmu management, belakangan sangat santer dikenalkan tentang keunggulan suatu model management. Antara lain Organization Excellence (Vinzent Gaspers) yang mana didalamnya terdapat penggabungan teori-teori management yang dikatakan sebagai teori management kelas dunia saat ini. Yaitu penggabungan teori Balance Scorecard, Six Sigma, Kaizen Blizt, Lean, 5 S dan 6 S sampai dengan Blue Ocean.
Ternyata kehebatan teori Organization Excellence tidak akan bisa efektif dioperasionalkan kalau tidak diikuti dengan Personnel Excellence. Yaitu manusia-manusia pilihan yang bisa mengerti dan memaknai sekaligus menjalankan organisasi tersebut. Manusia-manusi pilihan tersebut adalah manusia yang memiliki keunggulan sesuai bidang dan lingkungannya.

Lalu timbul pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan manusia unggul ?

Ada beberapa pendapat tentang pemaknaan manusia unggul. Ada yang menganggap bahwa manusia unggul adalah manusia yang bisa mengubah sejarah. sejarah adalah biografi manusia besar “history of the world is the biography of the great man.”

Ada juga yang berpedapat bahwa seorang manusia unggul adalah intelektual universal. Ia berpijak pada nilai-nilai universal dan mengubah manusia sejagat. Perubahan yang dilakukan bukan semata-mata karena kemampuan intelektualnya, melainkan lebih banyak karena kemampuan bertindaknya. Manusia unggul adalah “man of actions”, lebih dari “man of thoughts.” Ketika manusia unggul itu bertindak, ia ditanggapi, dibalas, dan disambut oleh masyarakat luas, atau massa yang besar dan setia. “Kita semua mencintai, menghormati dan merunduk pasrah pada manusia di hadapan manusia unggul. Masyarakat ditegakkan di atas pemujaan pahlawan, hero-worship.

Ada juga mengartikan bahwa manusia Unggul adalah orang pintar yang dikategorikan sebagai ilmuwan dan intelektual. Ilmuwan bersifat universal. Ia diterima di mana pun. Newton adalah ilmuwan di Inggris, Jerman, Jepang, hingga di Indonesia, dll. Sedangkan intelektual lebih bersifat lokal. Ia adalah orang yang berhasil menangkap dan memahami realitas bangsanya. Ia memengaruhi bangsanya dengan berpijak pada nilai-nilai yang dianut bangsanya. Sebab itu, Jean Paul Sartre, hanya bisa menjadi intelektual Perancis. Ia tidak cocok di negara lain.

Ada juga pendapat orang jawa dahulu bahwa yang dikatakan manusia unggul adalah manusia yang bisa ing ngarso sung tulodo, ing madyo bangun karso, tutwuri handayani. Yakni manusia universal, apabila ditempatkan di depan, sebagai leader akan bisa memberikan sebagai teladan, pelopor dan motor untuk menggerakkan apa-apa yang ada dipimpinnya. Apabila ditempatkan di level tengah (middle management) akan bisa memperkuat team, menggalang kekuatan team, membentuk team work. Dan apabila ditempatkan di belakang, sebagai pekerja, sebagai masyarakat bawah, akan bisa dengan teguh dan setia untuk mengikuti dan mendukung ketentuan organisasi untuk mencapai visi dan misi organisasi.

Ada juga yang memaknai bahwa manusia unggul diibaratkan sebagai batu berlian, yang mempunyai nilai jual paling tinggi, yang memiliki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan batu-batu lain, yang dengan jelas akan kelihatan lebih mencorong dari benda-benda lain. Batu berlian bisa ditempatkan dimana saja dan akan membentuk aura yang lebih baik bagi lingkungannya. Seorang wanita yang cantik, apabila memakai berlian maka wanita tersebut akan lebih cantik, lebih anggung dan menambah pesonanya. Batu berlian apabila ditempatkan dilumpur, tetapi tetap akan melihatkan bahwa memang berlian adalah batu yang mulia sehingga akan membuat tertarik manusia-manusia untuk mengambilnya.

Rabu, 05 Mei 2010

Makna Kesuksesan

Seringkali kita mendengar kata-kata sukses yang diucapkan seseorang, dan memang mudah untuk mengatakannya. Demikian juga seseorang akan mudah mengungkapkan kata sukses untuk seseorang, karena menurut dia sudah tepat untuk menyebut suatu kesuksesan. Padahal dia belum tahu memang itu suatu kesuksesan atau bukan.

Banyak macam orang memaknai suatu kesuksesan. Menurut Bob Sadino : “Kalau saya mengharapkan besok saya bisa makan, dan ternyata besoknya saya bisa makan, maka saya sudah sukses”. Begitu sederhana, karena baginya untuk bisa makan tidak semua orang bisa mendapatkannya dengan mudah. Karena bagi orang yang lapar, sepiring nasi mempunyai nilai yang sangat besar dan mendalam.
"Mungkin titik berangkat saya itu yang membuat saya bisa begini hari ini," tutur Bob, yang pernah jadi sopir taksi dan nguli di Jakarta. Dari keinginan selanjutnya mengalami proses sampai mencapai kesuksesan yang diinginkannya, dan hal ini selalu dilakukan rutin terus menerus. Ini adalah kesuksesan individu.

Bagaimana tentang kesuksesan suatu organisasi ? Disana terdapat beberapa individu, ada perusahaan, ada stakeholder, ada karyawan, ada shareholder sampai dengan lingkungan. Apakah perusahaan dikatakan sukses apabila bisa mencapai keuntungan, tetapi ternyata karyawan selalu mengeluh karena kesejahteraan yang diberikan masih kurang layak. Apakah bisa dikatakan sukses apabila perusahaan bisa mencapai profit yang diharapkan tetapi ternyata dalam proses kerja perusahaan selalu ribut. Apakah bisa dikatakan sukses apabila lingkungan mendapat makmur karena adanya usaha perusahaan ditempatnya tetapi ternyata perusahaan itu sendiri mengalami diskualifikasi karena hasil kerjanya jelak.

Jadi kesuksesan untuk suatu organisasi seharusnya dilihat dari keinginan organisasi tersebut yang terdiri dari individu-individu atau elemen-elemen di dalamnya. Tetapi akan timbul suatu pertanyaan, apakah mungkin setiap individu yang terdapat dalam organisasi bisa mengalami sukses bersama-sama dalam kegiatan organisasi ?

Dalam konsep Balance Scorecard yang ditampilkan dalam 5 perspektif mungkin bisa dijadikan acuan untuk memaknai kesuksesan organisasi.
  1. Perspektif Financial, yaitu bagaimana organisasi tersebut bisa mencapai keuntungan dan memberikan nilai kepada shareholder.
  2. Perspektif Customer, yaitu bagaimana organisasi bisa memberikan nilai kepada user ataupun stakeholder.
  3. Perspektif Internal Proses yaitu bagaimana organisasi bisa memberikan kelancaran proses di internal organisasi.
  4. Perspektif Pembelajaran dan pertumbuhan yaitu bagaimana organisasi bisa memberikan nilai kepada karyawan dan management organisasi.
  5. Perspektif Community Partnership yaitu bagaimana organisasi bisa memberikan nilai kepada lingkungannya.
Dari gambaran diatas, kesuksesan sebuah organisasi haruslah dicapai secara utuh. Suatu perusahaan apabila hanya bisa mencapai kesuksesan financial (keuntungan) saja dan tanpa dibarengi dengan kesuksesan customer, maka untuk periode berikutnya tentu akan memerlukan energi yang lebih besar untuk mendapatkan kepercayaan client (customer). Suatu perusahaan yang hanya sukes di aspek financial tetapi karyawan tidak mendapatkan kesejahteraan yang memadai, maka di periode selanjutnya perusahaan tersebut tentu akan kesulitan mendapatkan karyawan yang memadai atau yang bisa mendukung operasional perusahaan. Suatu perusahaan apabila hanya mendapatkan financial tetapi kurang sukses dalam aspek pembelajaran dan pertumbuhan organisasi, maka untuk periode selanjutnya perusahaan tesebut tidak akan mendapat peningkatan organisasinya.

Jadi sebuah kesuksesan haruslah dicapai secara utuh sesuai dengan keinginan yang utuh, yaitu yang bisa memenuhi elemen-elemen didalamnya. Dan kesuksesan itu harus dipelihara dengan kegiatan rutin terus menerus supaya kesuksesan bisa tercapai secara berkesinambungan.

Selasa, 04 Mei 2010

CRP = Mengurangi Pemborosan

Berulang kali terdengar gembar-gembor dalam meeting maupun stand down meeting dari para leader project untuk memberikan semangat kepada para superior di area proyek yaitu para eksekutor project, “Kita harus menggalakkan Cost Reduction Program, agar target proyek kita bisa terselamatkan. Mengingat budget sudah menipis, sementara sisa-sisa pekerjaan masih banyak yang belum tuntas. Juga beban resource (manpower dan material) yang masih cukup banyak menyedot cost kita. Bla bla bla …”. 
Adalah hal wajar dan memang sambutan-sambutan seperti itu mesti dilontarkan agar para leader merasa tergugah, teringatkan kembali kepada misi utama management adalah provit. Karena para eksekutor tersebut terkadang terlena karena rutinitas pekerjaan, ataupun untuk menambah selingan dan variasi dalam kehidupan kerja.

Tetapi kebanyakan dari mereka tentunya hanya ingat slogannya saja. Yang melekat di kepalanya hanyalah kata-kata indahnya saja. Tetapi sedikit sekali yang bisa memaknai penjabaran implementasinya. Esensi dan ekspektasi maupun aktualisasinya itu bagaimana ? Ya karena mungkin mereka sudah lupa detail-detailnya karena sehari-hari hanyalah pekerjaan lapangan saja yang ditangani.

Secara umum, berbicara mengenai aktivitas kerja atau proses kerja digolongkan menjadi 2 hal yaitu :

1. Value added activity
2. Non value added activity

Mengenai Value added adalah sudah jelas karena langsung berhubungan dengan riil produktifitas. Sedangkan Non value added digolongkan menjadi dua bagian yaitu :

1. Non value added yang tidak bisa dihilangkan atau biasa juga disebut type one waste
2. Non value added yang bisa dihilangkan atau juga dikenal dengan type two waste

Type one waste adalah aktifitas yang tidak menciptakan nilai tambah namun aktifitas tersebut masih diperlukan karena berbagai alasan. Misalnya aktifitas inspeksi alat, pengawasan terhadap orang karena orang tersebut baru direkrut dan belum berpengalaman. Aktifitas ini memang masih diperlukan tetapi sebenarnya tidak menghasilkan value added. Untuk itu dalam jangka panjang aktifitas ini seharusnya bisa dikurangi atau dihilangkan.

Type two waste adalah aktifitas yang tidak menciptakan nilai tambah dan outputnya juga menghasilkan kerugian. Misalnya menghasilkan product yang rejected atau melakukan kesalahan-kesalahan. Untuk jenis pemborosan ini seharusnya dihilangkan segera.

Dan dalam perkembangan ilmu management, banyak ide-ide atau design baru tentang analisa pemborosan yang tujuannya adalan mengurangi pemborosan dan mengurangi biaya terus menerus. Seperti ; Seven plus one type of Waste, Continuous Cost Reduction Through Lean Six Sigma Approach (Vincent Gasperz), Lean Manufacturing’s 10 Areas of Waste (Kaufman Consulting Group), dan lain-lain.