Cari Blog Ini

Kamis, 14 Oktober 2010

Cerita Telor dan Ayam


Konon diceritakan tentang “pasowanan  Empu Supo dengan Sunan Kalijaga sewaktu menghadap Raja Demak. Waktu itu Empu Supo masih kecil dan dikenal sebagai orang sakti sejak lahir. Sewaktu sowan dikerajaan Demak, Raja Demak ingin menguji “pangerten” Empu Supo tersebut dengan pertanyaan : “Lebih dulu mana yang ada antara telor dan ayam” . Karena memang sang empu mempunyai kelebihan dari lahir, maka Empu Supo menjelaskan dengan tertil.
Antara telor dan ayam, yang lebih dulu ada adalah “sing urip kang ngauripi”. Yaitu yang pertama bisa memberikan hidup. Telor yang ada sekarang, tentu dihasilkan dari ayam, dan ayam tersebut ditetaskan oleh telor sebelumnya dan begitu seterusnya sampai pada pangkalnya. Sang Empu balik bertanya kepada Raja, yang ditanya Raja itu telur / ayam yang mana; yang sekarang, yang lampau atau yang akan datang ? Sebelum Raja menjawab, sang Empu melanjutkann bicaranya, sebenarnya yang perlu diperhatikan adalah kalaulah kita ingin mendapat telor yang baik, maka kita perlu mencari bibit-bibit ayam yang baik, perlu babon yang baik dan perlu pejantan yang baik sampai dengan cara mengawinkannya juga yang baik. Maka tentu ayam tersebut akan menghasilkan telor-telor yang baik. Dan kalau kita mau mendapatkan anak ayam yang lebih baik lagi, maka kita bisa pilih dari telor-telor yang baik tadi dan perlu dirawat yang baik sampai dengan suhu telornya sehingga waktu menetas akan mendapatkan anak ayam yang terbaik.  Begitu seterusnya.

Dari wejangan tersebut, kalau dimaknakan dalam hubungan antara perusahaan dan karyawan, pernah kita jumpai bahwa perusahaan menuntut bahwa karyawan harus menunjukkan loyalitasnya kepada perusahaan, karena perusahaan juga sudah memberikan gaji. Dilain pihak ada juga karyawan yang suka menuntut bahwa perusahaan harus memberikan loyal kepada karyawan, dengan memberikan tambahan benefit, barulah karyawan tersebut akan menunjukkan loyalitasnya.
Kalau kita terjebak dalam mempermasalahkan untuk menuntut suatu loyalitas dari pihak lain baru selanjutnya kita baru menunjukkan loyalitas, tentunya di pihak lain tersebut juga akan menuntut hal yang sama. Yaitu pihak lain tersebut tentu akan menuntut loyalitas kita lebih dulu.

Filosofi “urip kang ngauripi” adalah mengajak manusia yang berakal dan berhati nurani untuk berpikir jauh kedepan, untuk masa yang akan datang. Kalaulah saat sekarang menjadi karyawan atau menjadi telor tentu itu adalah sudah sesuai kodratNya. Saat ini menjadi karyawan, memang sudah masanya untuk dijalani. Yang perlu dicari maknanya adalah bagaimana saat ini menjadi telor tetapi yang bisa menetaskan ayam yang unggul yang nantinya dapat membuat telor-telor unggul. Saat ini menjadi karyawan tetapi suatu karyawan yang benar-benar bisa membuat perusahaan yang sukses sehingga nantinya perusahaan tersebut bisa membuat sejahtera karyawannya.